Perumpamaan kebun anggur,adalah mengisahkan sikap Kita sebagai manusia bertingkah-laku seperti penggarap-penggarap kebun anggur dan yang karena cemburu dan jengkel, kita langsung berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan tugas dan tanggungjawab kita?,bahkan membuat keonaran hanya untuk menunjukan jati diri kita
Sekali peristiwa
Yesus berkata kepada imam-imam kepala
serta tua-tua bangsa Yahudi,
“Dengarkanlah perumpamaan ini,
Seorang tuan tanah membuka kebun anggur
dan menanam pagar sekelilingnya.
Ia menggali lubang tempat memeras anggur
dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu.
Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap
lalu berangkat ke negeri lain.
Ketika hampir tiba musim petik,
ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu
untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya.
Tetapi para penggarap menangkap hamba-hambanya itu:
yang seorang mereka pukul,
yang lain mereka bunuh,
dan yang lain lagi mereka lempari dengan batu.
Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain,
lebih banyak daripada yang semula.
Tetapi mereka pun diperlakukan sama
seperti kawan-kawan mereka.
Akhirnya tuan itu menyuruh anaknya kepada mereka,
pikirnya, ‘Anakku pasti mereka segani.’
Tetapi ketika para penggarap melihat anak itu,
mereka berkata seorang kepada yang lain:
Ia adalah ahli waris!
Mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.
Maka mereka menangkap dia,
dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu,
lalu membunuhnya.
Maka apabila tuan kebun anggur itu datang,
apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?”
Kata imam-imam kepala dan tua-tua itu kepada Yesus,
“Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu,
dan kebun anggurnya akan disewakannya
kepada penggarap-penggarap lain
yang akan menyerahkan hasil kepadanya pada waktunya.”
Kata Yesus kepada mereka,
“Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci:
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan
telah menjadi batu penjuru?
Hal itu terjadi dari pihak Tuhan,
suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Sebab itu Aku berkata kepadamu,
Kerajaan Allah akan diambil dari padamu,
dan akan diberikan kepada suatu bangsa
yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”
Mendengar perumpamaan Yesus itu,
imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mengerti
bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya.
Maka mereka berusaha menangkap Dia,
tetapi mereka takut kepada orang banyak,
karena orang banyak itu menganggap Yesus nabi.
kisah Perumpamaan Kebun Anggur bagi kehidupan kita
Bapak Ibu yang diberkatin dalam nama tuhan yesus.
Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Kejadian 37:3-28, hari ini menceriterakan kepada kita tentang sikap dari saudara-saudara Yusuf. Yusuf begitu taat kepada Bapanya, mengikuti perintah bapanya, mengunjungi saudara-saudara-nya di padang, yang lagi menjaga kawanan domba.
Tetapi saudara-saudaranya begitu cemburu dengan dia dan berencana membunuhnya. Mereka jengkel dengan beliau karena dia sering menceriterakan mimpin-mimpinya kepada mereka bahwa dalam mimpin dia melihat saudara-saudaranya tunduk padanya.
Tambahan lagi, karena mereka punya kesan, bahwa Bapa mereka sangat mengasihi dia. Kejengkelan dan kecemburuan itu, mereka luapkan dengan membuangnya ke dalam perigi kering, kemudian menjual-nya kepada orang Midian, yang berjalan menuju Mesir dengan harga 20 syikal perak. Yusuf tidak bisa berbuat apa-apa selain menyerah diri kepada saudara-saudaranya.
Kisah ini sesungguhnya mau melukiskan kehidupan manusia, bahwa betapa sering perlakuan seperti itu masih hidup sampai saat ini. Bahwa orang yang sama sekali tidak bersalah dan sering melakukan hal-hal yang baik diperlakukan secara tidak adil oleh sesama hanya karena rasa cemburu dan jengkel.
Saudara-saudara Yusuf sesungguhnya harus bertingkah lebih baik baik kepada Yusuf, karena dia datang mengunjungi mereka. Mereka sesungguhnya harus berterima kasih kepada Yusuf karena dia menjaga dan merawat Bapa mereka.
Mereka sesungguhnya harus tetap sadar bahwa mereka sudah ditugaskan untuk memelihara ternak dan hasil jualan ternak mereka gunakan demi kehidupan keluarga.
Jabatan itu sesungguhnya adalah mandat yang diberikan Bapa mereka dan mereka harus jalankannya dengan baik. Karena tingkah-lakunya yang keliru, merekapun sering mengalami kesulitan dalam hidup.
Pada akhirnya Yusuf yang tidak bersalah mendapat berkat, dan saudara-saudaranya harus bertekuk lutut di hadapannya. Pengalaman seperti itu selalu terjadi dalam sejarah kehidupan manusia dari zaman ke zaman.
Kisah Injil yang kita dengar hari ini pun isinya hampir sama, bahwa penggarap-penggarap kebun anggur menyalah gunakan jabatan mereka.
Mereka sudah seharusnya selalu menaruh hormat kepada pemilik kebun, dan harus selalu sadar akan tugas dan kewajiban mereka sebagai penggarap.
Tetapi yang terjadi justru terbalik. Mereka bertindak sebagai pemilik kebun dan membunuh utusan-utusan dan anak tuan kebun. Mereka sepertinya tidak memikirkan konsekwensi dari apa yang mereka lakukan.
Keburukan tingkahlakunya mendatangkan bencana untuk diri mereka sendiri, sebaliknya yang disengsarakan dan diperlakukan secara tidak adil selalu mendapat berkat.
Perumpamaan Kebun Anggur sangat cocok, Dalam masa puasa ini mungkin baik kalau kita perlu bertanya diri: apakah kita selalu bertingkah sesuai dengan tugas dan tanggungjawab kita? Atau apakah kita pun bertingkah-laku seperti penggarap-penggarap kebun anggur dan saudara-saudara Yusuf yang karena cemburu dan jengkel, kita langsung berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan tugas dan tanggungjawab kita?
Kita berdoa semoga Tuhan selalu menyadarkan kita bahwa jabatan kita sesungguhnya adalah mandat yang diberikan Tuhan kepada kita dan kita sesungguhnya harus menjalankannya dengan penuh tanggungjawab.
Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amin!